Seorang anak yang mencoba merubah hidupnya. Meski, banyak orang yang mengatakan bahwa kita ini berbeda, mereka orang bisa. Kita bisa apa ?
Pandangan-pandangn semacam itu menjadi hantu di sepanjang perjalanan hidupnya. Seorang anak yang menjadi bahan lelucon temannya, seorang anak yang pernah dianggap sampah, seorang anak yang pernah diejek temannya, seoran anak yang tidak punya prestasi sedikitpun. Namun, takdir merubah hidupnya. Anak itu berteman dengan "proses". Siapa sangka orang semacam dia menjadi pemimpin orang-orang yang lebih darinya ?
Anak itu bernama Juanda, kelahiran 1999 tepatnya di desa peunaga cut ujoeng, Nagan Raya. Teman-teman kampungnya sering menyapa dengan pangillan "wan" karna ibu Juanda memanggilnya dengan sebutan "Wanda". Wajar saja kita hidup bercultural, jadi nama Juanda diabadikan dengan sebutan "wan".
Cerita itu dimulai dari sini !..
Suatu hari saya bertanya tentang diri ini. Kenapa orang lain dengan begitu mudah untuk tampil di depan dan memberikan pandangan atau motivasi.
Saya dulu pernah berkata-kata bahwa saya tidak akan pernah bisa dengan apa yang mereka lakukan didepan saya, menjadi seorang motivator adalah hal yang luar biasa dalam diri saya sendiri. Namun, itu terkubur bagaikan mimpi yang tidak pernah hadir di dunia yang nyata.
Siang itu tepat pada pukul 14:00 di kampus STIT Muhammadiyah Aceh Barat Daya, saya duduk di lantai kedua diatas Micro Teaching. Dengan niat mencari udara yang segar dan mencari ketenangan sendirian. Namun tidak disengaja fikiran saya terlintas suatu tentang bagaimana dengan nasib diri saya sendiri karna teman-teman yang sering membersamai ke kampus sudah keluar semua. Bagaimana caranya saya akan betah dengan kondisi ini. Di satu sisi saya sendiri bingung mau keluar dari perkuliahan atau tidak. Karna saya sendiri tidak mungkin berjalan sendiri untuk menyelesaikan perkuliahan ini.
Saya rebahkan tubuhku sambil melihat ke langit. Seraya bertanya. Apakah ada peluang untuk saya bertahan di perkuliahan ini ?. Pertanyaan itu membuat mataku mulai berkaca-kaca mengingat pesan ibu yang merindukan anak pertamanya menjadi sarjana.
Kudengar lah suara di bawah sana yang mengisyaratkan bahwa mereka sedang bahagia, ku bangunkan diriku. Kulihat lah di sebuah bangunan (sekretariat PK IMM STIT) beberapa orang kader yang sedang membicarakan kegiatan. Tersadar, bahwa saya ini juga bagian dari mereka.
Kubaringkan kembali tubuhku di posisi semula. Mencoba berfikir untuk menemukan sebuah ide yang akan menuntun perjalanan kehidupanku suatu saat nanti. Saya akan mencoba melalaikan diri ini dengan kegiatan yang ada di organisasi dengan satu tujuan hanya untuk tidak pasrah lagi di dalam kondisi yang membuat saya hampir memutuskan perkuliahan ini.
Beberapa hari kemudian, kulihatlah sebuah pesan whats'up di hp ku. Menunjukkan bahwa besok akan dibuatkan rapat kepanitiaan kegiatan yang akan dilaksanakan beberapa hari kedepan. Kurenungilah sambil berfikir inilah waktunya saya memulai merubah kebiasaan saya.
Saya sendiri mencoba menyesuaikan lingkungan baru saya dengan coba diam dan memang tidak tahu apa-apa. Karna kebiasaan saya sendiri sangat berbeda dengan kebiasaan yang ada di organisasi. Suatu yang berat ketika saya memulai kebiasaan yang jauh dari pada kebiasaan yang saya jalani dulu.
Hari itu, Setelah rapat yang diselenggarakan saya mendapatkan satu pelajaran dimana orang-orang berbincang untuk kesuksesan suatu acara yang akan di buatkannya nanti. Setelah menghadiri rapat dan berbincang dengan senior saya pun langsung pulang, teringat cacing diperut sudah meminta jatahnya.
Malam itu saya mendapatkan satu panggilan dari abang senior di organisasi yang saya geluti tersebut untuk ngopi bersama di kedai kopi yang menjadi tempat dimana mereka sering berkumpul malamnya. Kuiyakan ajakan tersebut sembari mengingat lingkungan yang saya tempati saat ini adalah lingkungan yang membuat saya putus asa terhadap kuliah. Kucobalah aktif dalam organisasi dengan tujuan agar kuliah tetap bertahan, karna orang yang ada di organisasi itu mahasiswa juga. Berharap mahasiswa-mahasiswa itu akan menghiasi hari-hariku di perkuliahan.
Berhari-hari dan berbulan-bulan saya menikmati proses yang hadir dalam kehidupan saya. Tampa saya sadari orang-orang mulai ketinggalan dengan diri saya . Seraya berkata berfikir saya mampu merubah diri saya walaupun hanya sedikit. Meskipun itu dulunya sangat dekat dengan kata mustahil.
Lama-kelamaan diri ini pun betah. Dan banyak hal juga terjadi selama berproses seperti pertikaian yang terjadi. Yang pada dulunya hanya mengikuti orang lain tanpa sadar hari ini telah menjadi pemain dari pada masalah yang di hadapi.
Banyak teman-teman yang tidak betah dan memilih untuk posisi aman. Namun saya coba bertahan dengan proses dan saya menikmatinya tampa melihat yang menghindar dari proses.
Kunikmatilah proses ini dan tanpa saya sadari bahwa Tuhan memberikan tanggung jawab yang sangat besar kepada saya untuk memimpin para kader yang ada di kabupaten ini. Apalagi mereka memiliki segudang prestasi di pendidikan. Apalah daya dengan diri ini seorang anak yang hobiannya berdiri di samping pagar pas sekolah.
Tidak dipandang nilai apa yang telah kamu raih, tidak juga dipandang prestasi yang tinggi. Namun, ini berbicara tentang proses. Banyak orang yang keluar dari pada proses, dan sangat sedikit yang mau bertahan dengannya. Percaya atau tidaknya proses ini akan mengantarkanmu pada hal yang lebih baik lagi.. jangan pernah lagi berlari. Jujur saja, saya bangga menjadi bagian dari pada IMM. Karna IMM ini menyelamatkan kuliah saya dan mampu memberikan kehidupan yang lebih baik dari pada sebelumnya..
Yang terburuk adalah kamu akan mengikutinya. Dan yang terbaik kami telah mengikutinya... Because you are the best !. Hanya dirimu saja. Karna, orang yang sukses adalah orang yang telah mempersiapkan pada hari ini. Jadikanlah yang terbaik meski orang lain menganggap dirinya terbaik. Kalahkanlah mereka di dalam proses .. bertahanlah dengannya !
Lhueng Asan, 18 November 2022
Catatan_Juanda







