Selasa, 11 Oktober 2022

Fikiran dan Catatan kotor


Hari ini saya merasa tidak enak badan setelah melakuka kegiatan panitia wisuda di Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aceh Barat Daya yang ke IX di gedung DPRK Abdya pada tanggal 11 Desember 2021.

Saya melihat banyak sekali perbedaan, saya melihat ejekan dari kejauhan sana yang mereka bergembira membacakan sebuah kalimat yang tertera di papan ucapan yang berisi tentang kaum ILEGAL. Katakanlah mereka yang dulu sempat dikatakan ILEGAL oleh pimpinan organisasi diatasnya. 

Saya melihat beberapa orang kebingungan yang cuman hanya ikutan saja, yaitu kebanyakan adik-adik yang tidak tahu apa-apa. Sempat merasa sedih ketika melihat persamaan yang selama ini pernah kami lakukan dan penyatuan kembali antara dua kubu tersebut... Untuk merajut kembali kesolidan yang sempat terputus oleh kepentingan yang keberpihakan kepada satu senior bukanlah hal yang mudah, kami melakukannya secara perlahan-lahan mencari celah demi celah.

Kami dibenci, dengan seraya mengajarkan imprealis kepada kader yang mencoba Kami rangkul kembali. Memang pilihan ada di tangan mereka,, akan tetapi sekarang jelas adanya perbedaan. Kami melihatnya sangat nyata, sehingga kami kesusahan untuk menyentuhnya.









Jika kita sering mendengar pidato ayahanda dan kanda-kanda, katakanlah pendahulu kita semua... mereka sering membuat kita terkesima akan sebuah ucapan " kita ini bersaudara, kita ini ikatan sakit satu sakit semua, kita ini sama, dan lain-lain " yang pada akhirnya itu jauh dari Expetasi kami semua...dan sekarang bagi saya itu "Kebohongan yang sangat nyata".

Jika ada seorang kader yang berbeda, tidak menutup kemungkinan dia akan di benci, kader harus memilih kata-kata yang bisa membuat senior terkesan dengan kami, begitu juga halnya kegiatan dan jalan kami.... Interpensi senior sangat kuat disini. Kami kurang menempatkan senior pada tempatnya,,

Jujur saja, perbedaan ini yang pada umumnya itu terkait kepentingan senior yang mungkin ada dendam di masa lampau,, kami juga melihat beberapa senior memainkan caranya sendiri, ada yang menggunakan kata kebenaran untuk mengelabui kami, dan ada yang menggunakan kata kesolidan... Dan itu berhasil, kami semua ditipu rame-rame..

Ada beberapa kader yang memiliki cara pandang yang berbeda, padahal itu adalah pandangannya yang harus di rangkul dan di cari tahu mengapa,, disini tidak, beberapa kader itu malah dimusuhi. Ketika kader itu memilih jalan tengah dikatakan tidak komitmen, padahal dia memiliki cara pandang dari sudut yang berbeda.

Kelompok terbagi dua, saya tidak tahu yang mana kelompok Borjuis. Atau mungkin dua-duanya Borjuis,,, 

Kami semakin kacau ketika adek-adek yang kami coba rangkul sekarang dengan mudah di tarik kembali. Kami sadar bahwa mereka tidak bisa terlepas dari situ, Ada bayangan kanda yang tidak bisa lepas di dalam menentuka pilihan ada perasaan yang tertunda dan ada kemauan yang tertunda. Sedikit demi sedikit, kemauan menjadi kepala sekarang bergeser sedikit demi sedikit menjadi ekor yang selalu mengikuti kepalanya yang di kedepankannya..

Saya tidak tahu sampai kapan ini berakhir, bagi saya selama kita mau maka kita bisa, selama kita bisa yang tidak memungkinkan akan menjadi nyata.

Kenapa kita tidak bisa merdeka secara berfikir dan bertindak ?, Kenapa harus selalu mengikuti senior ?, Kenapa menghambat fikiran kita semua ?, Yang nyatanya apa yang kita lakukan belum tentu salah. Ini organisasi milik siapa ? Senior ?... Bukankah kita pelakunya sekarang ? Sampai kapan kita menjadi ekor ?


Blangpidie, 13 Desember 2021, 17:49 Wib

                      Catatan Juanda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biarkan Kami Berperan

 *Coretan Tinta,* Di tulis di_ Warkop Wkwkland. Rabu, 28 Agustus 2024._ "Merebut momentum, meretas zaman dan menduniakan kesadaran...